Oleh: Nurul Anggraeni Shinta Ilahi
Nak, Kurasa kalian masih ingat betapa sibuknya kita sebelum pandemi ini hadir. Ayah yang bekerja di kantor pergi pagi pulang malam.Bunda mengurus padatnya jadwal kita dari pagi hingga sore. Hingga harus membagi waktu untuk pergi ke rumah kakek nenek kalian.
Belum lagi acara-acara menarik di setiap pekan yang sudah kami persiapkan untuk memberikan pengalaman berharga untuk kalian, atau sekedar berekreasi ke tempat-tempat yang menyenangkan.
Waktu rasanya berjalan begitu cepat, para pebisnis sudah punya rencana matang untung setahun ke depan. Para pelancong yang hobi terbang ke sana kemari sudah punya deretan kota yang akan ia kunjungi. Saat itu rencana kita pun sudah banyak, Nak, dari persiapan pulang kampung ke makassar saat lebaran hingga persiapan sang kakak pertama kali masuk sekolah. Oh ya, impian kita untuk berumroh bersama sampai liburan ke Turki juga tak luput dari daftar doa harian yang kita langitkan.
Tak lama kemudian tiba-tiba dunia banyak perubahan. Iya, Nak dunia, bukan hanya di tempat kita tinggal. Tapi di banyak negara di penjuru dunia. kita harus beradaptasi dengan himbauan tetap di rumah, menjaga kebersihan dan kesehatan, berjemur dipagi hari. Serta yang terberat social distancing yang kemudian diubah menjadi physical distancing. Sudah tentu ini lah perubahan yang begitu terasa bagi manusia sang makhluk sosial.
Apa pun yang terjadi, selama pemerintah masih menetapkan PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar), kita akan berusaha taat. Kita taat karena kita mengikuti perintah Rasul kita nak, bukan sekedar mengikuti himbauan WHO (World Health Organization) ataupun pemerintah setempat. Karena kelak niscaya kita pun dimintai pertanggungjawaban atas semua yang telah kita lakukan selama masa pandemi ini. Tenanglah, Nak tak akan ada yang sia-sia dengan bertahan sabar tetap di rumah semampu yang kita bisa.
Mendapati kalian begitu bersemangat di setiap harinya, membuat kecemasanku semakin memudar, Nak. Dialog bermain yang baru selalu kalian ciptakan, sungguh tontonan yang mengasyikan, lebih seru dari drama korea yang tak mampu kuselesaikan untuk menontonnya. Kadang kala kalian jenuh, tak apa sangat wajar, aku dan ayah kalian pun berjuang dengan kejenuhan masing-masing. Maafkan jika sesekali kalian melihat pertengkaran kecil kami. Maka, Nak aku begitu yakin saat nanti pandemi ini selesai kalian adalah pemenang yang sebenarnya. Anak-anak yang mau bersabar dengan keadaan yang tidak seperti biasanya.
Ada satu hal yang dengan bangga mau kusampaikan. Bahwasanya bunda sangat bersyukur, karena tahun ini selama tiga puluh hari Ramadan kalian sangat kooperatif membersamai kami untuk fokus beribadah. Terutama sang kakak yang tanpa diminta mau belajar berpuasa serta turut membantu menyiapkan hidangan berbuka walau menata dan mengaduk minuman kadang kala menjadi hal yang direbutkan dengan adikmu, tapi sungguh sangat menyenangkan Ramadan sepenuhnya di rumah bersama kalian, Nak.
Dampak positif yang sangat terasa selama kita di rumah saja adalah keteraturan, Nak. Jam bangun dan tidur kalian sangat teratur dan baik, tanpa ada drama belum mau tidur ataupun bangun kesiangan karena tidur terlalu larut.Jam maupun raut wajah lapar, mengantuk, bosan dan lelah kalian menjadi mudah teridentifikasi. Ah, aku tak akan mampu semakin memahami kalian kalau tak mendapatkan waktu berharga di rumah saja seperti ini. Syukur kupanjatkan kepada Sang Pengatur segalanya.
Dari keteraturan memanfaatkan waktu dengan baik, kita semakin terarah untuk mencapai tujuan yang kita mau, Nak. Bundamu ini punya cita-cita mau menjadi penulis sejak SMP dan ternyata bisa rutin menulis saat dipaksa di rumah saja. Nah aku pun makin memahami salah satu ayat Al Qur'an bahwa yang kita sukai belum tentu yang terbaik untuk kita, kalian tahu aku ini suka sekali berkegiatan di luar rumah padahal bisa jadi di rumah saja bisa lebih produktif.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. 2: 216)
Salah satu tujuan terbesar kita adalah bersama di surga terindah kelak. Untuk mencapai tujuan itu butuh pejuangan tak kenal henti, saling mengingatkan satu sama lain agar mendapat keridaan-Nya.
Nak, jika nanti dunia telah pulih dan semua berjalan seperti sediakala, kita akan merindukan masa ini. Masa 24 jam selalu dalam kebersamaan, menghabiskan waktu di rumah dengan berbagai kegiatan. Bahkan, kadang kala kalian bertanya, “Bunda, apa lagi yang bisa aku bantu?” Atau sekadar berbisik mengingatkan, “Nda, jangan lupa buatin kopi ayah.”
Diri ini merasa sangat terbantu dan banyak belajar dengan kehadiran kalian. Aku yang masih harus terus belajar untuk menjadi ibu dan istri yang lebih baik lagi menyenangkan.
Pada akhirnya semua keteraturan waktu dan tujuan kita yang semakin terarah, menjadi hal terindah yang kurasakan selama di rumah saja. Jeda waktu ini membuat kita banyak berpikir dan merenung, kemudian menemukan banyak hal positif dari setiap skenario yang Allah takdirkan.
Terima kasihku pada-Mu Ya Allah
Untuk semua yang Engkau berikan
Untuk semua kasih sayang,
Dan cinta-MU.
~ N.A Shinta ~
Tentang Penulis
Nurul Anggraeni Shinta Ilahi lahir di Makassar, Juli 1991. Mempunyai banyak nama panggilan nurul/anggi/acil/shinta. Iamempunyai kesibukan sebagai seorang hamba, membersamai suami dan dua balita amanah dariNYA, ingin bermanfaat bagi orang lain adalah motivasinya dan semoga menulis menjadi salah satu wadahnya. Bersilaturrahim melalui Instagram: sicillo, Email: shinta.a111@gmail.com
Post a Comment